5Agu 2022 - Seluruh rumah/apartemen dengan harga Rp3838749. Oceanside Beach Cottage is the newest and finest property in Redington Beach! Oceanside Beach Cottage offered by Beach Time Rentals This beautifu
Duc in Altum Bertolaklah ke tempat lebih dalam Dalam kehidupan kita sehari-hari kerapkali kita mendengar tentang orang yang berprofesi sebagai nelayan penjala ikan. Mereka yang setiap hari pergi menangkap ikan ke laut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka yang hidup dekat dengan pantai akan lebih mengerti soal menangkap ikan daripada mereka yang tinggal jauh dari pantai perkotaan. Injil yang disampaikan kepada kita hari ini berbicara tentang seseorang yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan yang bernama Simon yang diceritakan dalam Injil hari ini kurang beruntung karena sepanjang malam tidak mendapatkan hasil yang memuaskan seperti yang dia harapkan sebelumnya. Keputusasaan yang dihadapi tersebut berubah menjadi sukacita karena Yesus penyelamat dunia datang menghampirinya di tepi pantai. Kedatangan Yesus ke pantai tidak hanya mengajarkan atau mewartakan firman Allah tetapi juga ikut serta menebarkan jala di tengah Danau Genesaret. Setelah Yesus selesai berbicara kepada orang banyak, Yesus berkata kepada Simon “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan“. Jika dipikirkan lebih kritis, bagaimana mungkin seorang anak tukang kayu yang hidupnya jauh dari pantai mengatakan kepada orang yang berprofesi sebagai nelayan,“bertolaklah ke tempat lebih dalam dan tebarkanlah jalamu“ ? Pada awalnya Simon merasa ragu akan perkataan Yesus tersebut karena sudah satu malam menjala ikan tetapi tidak mendapatkan apapun. Selain itu, Yesus menyuruh Simon menjala ikan sesudah matahari terbit atau tengah hari. Akan tetapi karena ketaatannya kepada Yesus dan karena Yesus sendiri yang mengatakan, dia bersama teman-temanya berangkat ke tengah danau untuk menjala ikan. Setelah mereka menebarkan jala, mereka menangkap sejumlah ikan besar sehingga jala mereka mulai koyak. Perkataan Yesus tersebut menjadi gambaran bagi kita bahwa untuk memperoleh sesuatu yang berlimpah harus berani bertolak ke tempat yang lebih dalam. Simon yang pada awalnya penjala ikan dipanggil Allah untuk menjadi penjala manusia. Dipanggil untuk mewartakan firman Allah kepada orang-orang yang belum mengenal atau percaya kepada Allah. Tahun ini merupakan Tahun Lembaga Hidup Hakti. Teladan yang diberikan Simon tentang ketaatan atas perintah Yesus dapat menjadi pegangan yang sungguh berarti bagi semua orang yang percaya kepada Yesus. Para religius yang dipanggil Allah dari berbagai tempat dituntut untuk lebih mementingkan perkara-perkara surgawi. Melayani sesama dan mewartakan karya keselamatan ke sudut-sudut dunia merupakan panggilan kita sebagai pengikut Yesus Kristus. Bertolak ke tempat yang lebih membutuhkan pelayanan adalah salah satu tanda bahwa kita taat kepada Allah. Kita yang mengikuti Yesus harus berani menebarkan “ jala“ ke tempat-tempat yang haus akan cinta kasih yang berasal dari Tuhan. Dengan menebarkan jala mewartakan sabda Allah, maka akan banyak orang yang mengenal Allah dan sekaligus percaya bahwa Dialah pemilik segala sesuatu yang baik. Fr. Thomas Lumban Gaol OFM Cap
Liputan6com, Banyumas - Jika generasi lama mengenal pepatah "tak kenal maka tak sayang", maka generasi kekinaian mengenal ujaran "kenal di kanal digital cukup untuk saling sayang". Pameo itu setidaknya mencerminkan ikatan cinta sejoli asal Kabupaten Banyumas yang kenal di media sosial, lalu membawa kabur anak gadis orang yang belum juga genap berusia 15 tahun. ES (22) adalah pemuda asal
Bertolak ke Tempat yang Lebih Dalam in altum ducere adalah sebuah situs yang berisi refleksi filsafat dan teologi atas beragam fenomena. Manusia ibaratnya pelaut yang harus “bertolak ke tempat yang lebih dalam” untuk mendapatkan pengalaman yang mengesankan sekaligus mengalahkan dirinya untuk tidak berpuas diri menjadi “manusia rata-rata”, tetapi menjadi dirinya yang sejati. Ombak di “laut dalam” lebih besar dan menantang ketimbang di area pesisir. Orang yang menyadari bahwa hidup adalah petualangan life is an adventure pasti memilih untuk menghadapi ombak yang lebih besar. Kelak ia akan mensyukuri tindakan keberaniannya itu. Filsafat dan teologi bukan lagi konsumsi para teolog dan filsuf, melainkan kebutuhan semua orang, yang hidup di era teknologi-globalisasi dengan melonjaknya indeks infotech dan biotech, yang kian terbuai oleh semilir angin pantai namun lupa akan ombak besar di tengah lautan sana. Mari menantang diri di tengah “kenikmatan semu” jamuan teknologi-globalisasi. Be brave dan bertolaklah ke tempat yang lebih dalam!
Mungkinsaat itu Yesus melihat bahwa Petrus tidak berhasil menangkap seekor ikan pun pada malam hari, dan Yesus pun mengatakan demikian: "Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Lukas 5:4). Saya melihat ada beberapa hal menarik dari ayat ini.
“Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.’” Luk 5, 4 SEORANG Romo Paroki bercerita dengan rasa gembira, “Romo ada kabar baik neh. Peminat misa harian sudah bertambah banyak. Jumlahnya tidak hanya lima orang, tetapi sudah lebih dari lima belas orang. Selain itu, peminat misa Mingguan juga semakin bertambah banyak.” Ketika saya bertanya kiat-kiat yang dilakukan, romo itu menjawab, “Tidak ada resep khusus. Saya hanya meluangkan waktu untuk mengunjungi keluarga mereka satu per satu, mulai dari ujung utara ke selatan. Memang belum semua terkunjungi. Saya hanya melihat kehidupan mereka dan mendengarkan kisah hidup keluarganya. Tidak lebih dari itu.” Yang dilakukan oleh romo paroki itu adalah hal yang sederhana. Namun demikian, semangatnya berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Simon, yakni “Bertolaklah ke tempat yang dalam.” Romo itu tidak hanya tinggal di pastoran dan sibuk di dalam kamarnya. Dia tidak hanya menunggu umat beriman datang ke gereja dan melayani mereka selaras dengan jadwal yang ada. Dia tidak hanya mendengarkan laporan para pengurus lingkungan dan memenuhi permintaan misa dengan ujud tertentu. Dia berani keluar kamar dan meninggalkan pastoran untuk menjumpai umatnya. Dia masuk ke dalam setiap keluarga umatnya; melihat situasi dan kondisi senyatanya; melihat luapan kegembiraan dan suka cita yang mereka rasakan; mendengarkan keluh kesah atau keprihatinan mereka; menanggapi langkah-langkah mereka dalam mengatasi berbagai macam kesulitan; memberi peneguhan bagi mereka yang bimbang. Bertolak ke tempat yang dalam adalah kesediaan untuk masuk ke dalam kehidupan seseorang, berusaha mengenal dan memahami kondisi dan pergulatan hidupnya serta menerima realitas apa adanya. Bertolak ke tempat yang dalam tidak hanya berlaku bagi para gembala terhadap umat. Tetapi juga berlaku bagi para orang tua terhadap anak; bagi pimpinan terhadap karyawan; bagi pemuka masyarakat terhadap warganya. Bertolak ke tempat yang dalam merupakan usaha untuk mengenal sesama secara utuh dalam semua seginya. Pengenalan yang dalam akan membawa berkat atau banyak hal baik, seperti dialami oleh Simon. Di tempat yang dalam itulah dia bisa mendapatkan banyak ikan. Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem. Kredit foto Ilustrasi Ist
Berikutini teknik dasar dalam lompat jauh: 1. Awalan. Awalan atau ancang-ancang adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasanya digunakan oleh para atlet lompat jauh adalah: a. Atlet putri antara 30-45 meter.
expand_more malay Malay swap_horiz english English search Translate cancel Translatearrow_forward Please choose different source and target languages.
Kemungkinanjuga lebih banyak perusahaan sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang SDGs dan merasa lebih nyaman dalam menanganinya dalam pelaporan keberlanjutan mereka," katanya. Maya juga memaparkan, berdasarkan laporan Pipeline: Equity for All Report 2019, setiap 10 persen peningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja, pemasukan
Malay saya bertolak dari rumah English i'm leaving from home Last Update 2018-10-01 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Last Update 2022-08-07 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Last Update 2010-07-07 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Last Update 2010-07-07 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay kami bertolak dari rumah pada pukol 800 pagi Last Update 2023-01-27 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay pelajar lari dari rumah English students running away from home Last Update 2016-07-13 Usage Frequency 4 Quality Reference Anonymous Malay mereka bertolak dari rumah pada pukol 800 pagi English we left home at 800 am Last Update 2020-03-02 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay dihalau keluar dari rumah English drive out of the house Last Update 2020-08-07 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay bertolak dari hq ke gua angin English departing from hq to the wind cave Last Update 2022-11-01 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay apa maksud menjauhkan diri dari rumah English apa maksud stay away from my side Last Update 2020-12-03 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay bungkusan telah bertolak dari stesen j English parcel has departed from station j&t sbh_gateway02 Last Update 2021-07-12 Usage Frequency 1 Quality Reference AnonymousWarning Contains invisible HTML formatting Malay dari rumah awak pergi pejabat berapa jauh English god passes the test to our ability Last Update 2019-10-13 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay pemandangan menjelang waktu senja dari rumah saya Last Update 2019-06-23 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay saya masih batuk dan terus berkerja dari rumah English i'm still coughing Last Update 2022-02-19 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay kami menaiki beca dari rumah pada pukol 800 pagi English we depart from home at 800 am Last Update 2019-01-12 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay perjalanan ke pantaitersebut dari rumah saya mengambil masaselama setengah jam English the trip to the house from my house took half an hour of mascara Last Update 2018-03-05 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay perjalanan dari rumah saya ke hospital mengambil masa lima belas minit English the journey from my house to the hospital takes fifteen minutes Last Update 2013-06-08 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay ingin meminta kebenaran dari anda untuk membenarkan saya bekerja dari rumah English would like to ask permission from you to allow me to work from home Last Update 2021-09-15 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay saya keluar dari rumah untuk berehat dan menghirup udara yang segar dengan berjalan di tepi tasik English i came out of the house to relax and breathe fresh air by walking by the lake Last Update 2021-11-24 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous Malay mempromosikan penghataran berbayar di social media dengan menghatar sesuatu barang dari rumah penjual ke rumah pembeli English promote paid ratings on social media by flipping items from a seller's home to a buyer's home Last Update 2020-04-03 Usage Frequency 1 Quality Reference Anonymous
1) Pelabuhan atau tempat pemberangkatan ke luar negeri dalam daerah Kerjasama Pertumbuhan Indonesia-Australia (AIDA) yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi yang bertolak ke luar negeri dalam kawasan Kerjasama AIDA meliputi pelabuhan laut dan bandar udara yang terdapat dalam seluruh wilayah Kalimantan
Apa yang dimaksud dengan Moral Katolik? Jawab Iman akan Kristus dalam tindakan faith in action Apa yang menjadi hakikat dan kekhasan Moral Katolik dibanding dengan pandangan moral secara umum? Jawab Moral katolik didasarkan pada iman akan pewahyuan Allah yang menjadi sumber pedoman untuk hidup baik dan benar. Sementara itu, moral secara umum didasarkan pada kemampuan akal budi untuk memahami yang baik dan buruk, benar dan salah. Apa yang menjadi tujuan dari Moral Katolik? Jawab Kekudusan dan persekutuan dengan Allah Apa sumber-sumber dari Moral Katolik? Jawab a Kitab Suci menjadi sumber utama alam seluruh moralitas Katolik yang memuat pewahyuan Allah yang ditanggapi dengan iman dan dilaksanakan dalam tindakan-tindakan moral. b Tradisi bagian dari kekayaan Katolisisme sebagai tanda proses perjalanan sejarah yang panjang dan kaya akan beragam kebijaksanaan yang didasarkan pada iman yang benar [contoh tulisan para pujangga Gereja, santo-santa, Summae Confessorum] c Magisterium merupakan ajaran sah Gereja Katolik yang menjadi pedoman hidup keseharian dengan berbagai kompleksitas, pertimbangan dan pemecahan [ Ensiklik Evangelium Vitae untuk martabat hidup manusia, Laborem Excercens untuk moral sosial, dll.] Apa prinsip-prinsip dasar dari Moral Katolik? Jawab Prinsip dasar moralitas Katolik ada pada keutamaan Kristiani yang mencakup Iman, harapan, kasih. bdk moralitas umum yang belandaskan pada keutamaan kardinal keadilan justitia, kebijaksanaan prudentia, penguasaan diri temperantia, keberanian fortitudo. Moral Katolik memiliki beberapa bidang pendalaman. Bagaimana karakteristik atau kekhasan dari masing-masing bidang pendalaman Moral Katolik tersebut? Jawab a Moral Keluarga dan Perkawinan mengatur hidup keluarga khususnya menyangkut pendidikan anak dan keharmonisan hubungan suami-istri [ penggunaan alat kontrasepsi, artificial procreation] b Moral Hidup mengatur bagaimana menghargai hidup sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dipelihara sejak awal hingga berakhirnya secara normal [ hukuman mati, assisted suicide, euthanasia, aborsi, privasi, peperangan, genetic engineering, human enhancement] c Moral Sosial mengatur hubungan satu orang dengan orang lain [manusia dengan ciptaan lain] sebagai ciptaan dan citra Allah yang memiliki martabat yang harus dibela dan diperjuangkan [ ketidakadilan, diskriminasi jender, rasisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, kemiskinan, perbudakan]. Penjelasan Lanjutan Moral selalu berhubungan dengan “tindakan manusia”. Moralitas adalah pedoman untuk bertingkah laku. Subjek dari moralitas adalah manusia itu sendiri senangkan yang menjad objek adalah tindakan manusia. Moralitas menentukan salah atau benar, baik atau buruk tindakan manusia. Nilai-nilai moral tertanam dengan baik dalam setiap kebudayaan manusia, persisnya dalam kearifan-kearifan wisdom lokal yang dituruntemurunkan dari generasi ke generasi. Moralitas dapat dikatakan sebagai hasil refleksi peradaban manusia akan diri dan tujuan hudup baiknya dalam dinamika perjalanan hidupnya. Dalam praktik Gereja awal, moralitas selalu dikaitkan dengan dosa sehingga moralitas erat kaitannya dengan sakramen pengampunan dosa. Teologi moral kala itu berkutat pada punisment atas dosa-dosa setiap orang berdasarkan kriteria berat dan ringan. Bangsa Celtik atau para peniten abad pertengahan membentuk literatur teologis yang unik dan memukau. Tradisi penitensial bermula di Irlandia dan disebarkan ke wilayah Kontinen oleh para biarawan missionaris dari Irlandia. Hal ini semakin subur dari abad ke-6 hingga ke-10. Secara singkat dikatakan bahwa penitensi-penitensi berisi daftar dosa yang akan langsung dikaitkan dengan denda. Salah satu contohnya terdapat dalam The Penitential of Theodore Jika seseorang mencuri dari gereja, maka ia harus menggantinya empat kali lipat; jika dari orang biasa, dua kali lipat. Penitensi-penitensi The Penitentials digunakan sebagai pedoman administrasi dalam sakramen pengampunan dosa. Penitensi-penitensi tersebut memampukan para pengaku untuk menentukan bentuk spesifik dari dosa tertentu dengan hukuman tertentu. Praktik ini mulai dilakukan di Irlandia dan Kontinen Alpen Utara. Pengakuan publik praktis hanya dilakukan di Roma. Penitensi-penitensi memegang peranan penting dalam Kristenisasi khususnya di Irlandia dan Inggris dan kemudian di Eropa Utara dan Tengah. Asalnya dari kebudayaan Celtik. Teologi moral menjadi semakin sistematis setelah munculnya Summa Theologiae Thomas Aquinas pada abad ketigabelas. Teologi menjadi sangat sistemantis dalam Summa Theologiae. Hal ini terjadi karena dipengaruhhi oleh lingkungan di mana teologi kini berkembang universitas. Kini teologi berada di bawah keuskupan bukan biara; lebih berciri urban bukan rural; lebih berambisi intelektual daripada bertujuan religius atau monastik. Sejak tahun 1200 universitas-universitas mulai mengartikan diri secara unik sebagai “sebuah komunitas terpelajar dari para guru dan cendekia, universitas societas magistrorum discipulorumque”. Universitas-universitas mencoba untuk menghindari kontrol baik dari kerajaan, maupun dari kepausan. Salah satu yang sungguh independen pada saat itu adalah University of Copleston. Hal ini memberi ciri tertentu bagi teologi yang berkembang pada abad ketigabelas, yakni independensi teologi dari kepausan dan kerajaan/negara. Teologi yang berkembang pada abad ini juga adalah produk para anggota Dominikan dan Fransiskan. Selain itu, teologi yang dihasilkan pada abad ini lebih untuk kepentingan intelektual, dan bukan pastoral. Para kaum terpelajar mulai membaca sumber-sumber non-Kristiani, khususnya tentang Yahudi dan Islam. Mulai dibedakan antara agama dan teologi, antara filosofi dan pengalaman manusiawi. Pada masa ini, teologi dipahami sebagai upaya untuk menemukan pola-pola teratur dan makna inheren dalam doktrin-doktrin yang membentuk hidup keagamaan Eropa Barat. Thomas Aquinas menuliskan bahwa dalam diri setiap manusia, Allah “memateraikan” imprint pengetahuan-Nya Summa Theologiae 1a, ad 2. Dengan mengatakan ini, Aquinas mau menekankan bahwa tujuan akhir manusia adalah Allah sendiri, kekembalian manusia kepada Allah dengan cara menampilkan ciri keilahian yakni kebaikan dalam hidup sehari-hari. Pada level tertentu, moral katolik tidak berhenti pada hubungan dengan manusia. Sebaliknya, ia sampai pada hubungan dengan Allah science concerned with God sebagai sumber, teladan, dan tujuan tindakan manusia. Allah menjadi tujuan utama telos tindakan manusia. Setelah Konsili Vatikan II Setelah Konsili Vatikan II, muncul muncul teolog-teolog moral seperti Bernard Häring, Karl Rahner, Bruno Schüller, Josef Fuchs, Richard McCormick, dan Charles Curran. Para penulis ini memiliki pengaruh yang besar di kalangan moralis Katolik kontemporer. Mereka ini mencoba untuk mengontekstualisasikan teologi moral sesuai dengan zamannya. Bernard Häring Tulisan Häring, The Law of Christ, menekankan pentingnya tanggapan terhadap undangan Allah, konversi, dan keteguhan hati mengikuti Kristus demi keselamatan jiwa-jiwa. Disertasinya yang berjudul Das Heilige und das Gute, adalah studi atas karya Max Scheller dan Rudolf Otto. Dalam disertasi tersebut ia meneliti hubungan antara kebebasan dan rahmat dari sudut pandang yang kudus dan yang baik. Pada tahun 1978, Häring menerbitkan sebuah karya sistematis yang berjudul Free and Faithful in Christ. Karya ini merupakan kelanjutan dari The Law of Christ, tetapi juga berisi perkembangan kematangan pikiran penulis. Karya ini berisi asal-usul teologi Moral, pemurnian dalam hal tanggung-jawab, dan konsep mengenai hukum kodrat. Dalam konteks hukum kodrat ini, ia menegaskan pentingnya pandangan mengenai posisi normatif dalam teologi moral. Maka untuk mengurai hal ini, ia kembali pada Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penggunaan Kitab Suci untuk menilik kembali visi Kristiani mengenai teori etis adalah sebuah inovasi baru dalam kalangan para teolog kontemporer kala itu. Baginya, hukum kodrat bukan sekadar doktrin filosofis sebagai fondasi teologis, melainkan sebagai doktrin teologis yang berpangkal dari penciptaan. The natural law dan the new law keduanya ada dalam pewahyuan. 2. Karl Rahner Upaya pokok Rahner adalah merelokasi teologi moral menjadi teologi sistematis dengan mengelaborasi antropologi teologis. Dalam Foundations of Christian Faith ia menuliskan “… very many individual moral norms which are binding on Christians reflect structures which belong to concrete reality which is different from God. Social justice and certain norms of sexual morality are in the first instance descriptions of the structures of created reality, of finite, conditioned and contingent realities, and they are descriptions which have been transposed into normative language”. Ia memberi penekanan pada kondisi kemungkinan bagi setiap individu untuk membangun hubungan yang kaya dan makin dewasa dengan Allah dalam perjuangan menjadi apa yang seharusya bisa mereka buat. Dia juga menekankan pendekatan empiris terhadap norma-norma moral konkret . Pemahamannya mengenai hubungan antara kodrat dan rahmat, iman dan akal budi, filsafat dan teologi dengan jelas mengubah rasa dan aliran teologinya. Penerimaannya terhadap tradisi Kantian dan filsafat modern berubah pada subjek yang memampukannya merangkul posisi-posisi yang tak bisa dijangkau oleh para neo-Thomist. Etika, teologi rahmat, dan teori tentang pribadi yang dikembangkannya sungguh sangat berlawanan dengan para neo-Thomist. 3. Bruno Schüller Bruno Schüller adalah seorang teolog Jesuit Jerman yang juga menjadi kritikus manual neo-Thomist. Dalam Gesetz und Freiheit, ia mengkritisi pandangan para manualis tentang hukum Ilahi. Bagi Schüller, manual-manual tradisional sama sekali tidak berkaitan dengan etika filosofis dan hukum Gereja. Baginya, ada dua karakteristik teori moralitas 1 teori moralitas mengkaji tentang tuntutan-tuntutan moral yang bisa dibenarkan secara moral lantaran kodrat, sehingga mengambil jarak dari setiap bentuk positivisme moral; 2 teori moralitas mengandaikan adanya sumber insight yang logis terhadap tuntutan-tuntutan moral bagi akal budi ratio, sejauh akal budi ini dibedakan dari iman fides”. Bagi Schüller, moralitas adalah hasil dari dua aspek fundamental eksistensi manusia keterciptaan creatureliness dan kebebasan freedom. Keterciptaan mengindikasikan ketergantungan yang menjadi ciri eksistensi manusia; kebebasan dan kepribadian personhood merefleksikan independensi eksistensi manusia. Kehadiran keduanya menjadi ciri manusia yang melahirkan kewajiban moral das unbedingte Sollen, die Notwendigkeit des Sollens. Ada tiga istilah kunci yang digunakan oleh Schüller sebagai pusat moralitas kewajiban tak bersyarat dari hukum das unbedingte Sollen des Gesetzes, hukum ilahi Gesetz Gottes dan hukum das Gesetz. 4. Josef Fuchs Pada tahun 1955, Fuchs menerbitkan Natural Law, yang mengindikasikan kedekatannya dengan neo-Thomisme. Pada tahun 1970, ia menerbitkan Human Values and Christian Morality yang menekankan karakter teologis hukum kodrat. Baginya, elemen hukum kodrat adalah elemen-elemen aturan moral supranatural. Hukum Kristus tidaklah dilihat sebagai yang material. Kristus tidak dilihat sebagai pemberi hukum yang baru. Sebaliknya, Kristus adalah prinsip yang menjiwai animating principle dalam tindakan moral orang-orang Kristiani. Hal inilah yang membedakannya dari pendekatan para neo-Thomist. Fungsi penjiwaan Kristus ada dalam rahmat dan karya Allah dalam diri setiap insan; dan bukan dihubungkan dengan hal-hal yang berciri psikologis. Pribadi Kristus berkarya dalam semangat cinta dan penebusan dalam hidup setiap insan. 5. Richard McCormick Richard McCormick adalah teolog moral paling berpengaruh di Amerika. Dalam “Human Significance dan Christian Significance”, McCormick merumuskan lima premis yang dipegang oleh mayoritas teolog moral Katolik keutamaan kasih, interioritas esensial hukum dalam Perjanjian Baru, eksistensi hukum kodrat, hubungan antara hukum kodrat dan moralitas injili, dan penolakan terhadap moralisme. Bagi McCormick, norma-norma moral adalah pernyataan mengenai “value” dan “disvalue”. “Value” adalah kesempatan bagi setiap orang untuk mekar berseri. “Value” inilah yang menjadi maksud dari objek moral, yakni yang mencakup hal-hal konkret dalam hidup manusia. McCormick mencatat ada tigabelas elemen kunci dalam kisah Kristiani, seperti “God is the author and preserver of life”, dan “in Jesus’ life, death and resurrection we have been totally transformed into new creatures, into a community of the transformed”. Agar bisa mendunia, kisah Kristiani perlu ditatapkan pada nilai dan makna sebagai ekspresi dari kedekatan natural dunia nyata. Etika teologis perlu menghubungkan ungkapan kultural dari nilai-nilai dasar manusia dengan visi yang didasarkan pada kisah Kristiani Christian story. 6. Charles E. Curran Charles E. Curran adalah seorang teolog Katolik sangat berpengaruh di Universitas Katolik Amerika. Model etis yang dia kembangkan ialah relasionalitas dan responsibilitas. Hal ini ada kaitannya dengan pendahulunya, Bernard Häring. Namun, ia juga banyak mengacu pada karya-karya Richard Niebuhr, The Responsible Self. Dalam relasionalitas dan responsibilitas, Curran menawarkan alternatif ketiga moralitas selain daripada teleologi dan deontologi. Ia menuliskan, “Misteri salib dan paskah mengingatkan kita bahwa tujuan atau akhir hidup kita tidaklah berada di tangan kita. Sebagai orang-orang Kristiani, kita hidup dalam harapan bahwa yang jahat dan berbagai permasalahan terkini dapat diubah oleh kuasa Allah dan seutuhnya berubah menjadi keutuhan hidup”. Bagi Curran, keutamaan-keutamaan, tujuan hidup, penilaian moral orang-orang Kristiani akan membangkitkan cara hidup autentik dari setiap pengikut Kristus. Ia mengangkat lima misteri Kristiani penciptaan, dosa, inkarnasi, penebusan, dan kebangkitan. Pendirian ini akan memancarkan terang bagaiman orang-orang Kristiani memaknai kematian, akan makna misteri paskah, dan dengan demikian membangkitkan sikap, disposisi dan tujuan khas dari perspektif Kristiani. Misteri Kristiani inilah yang akan membentuk cara pandang orang Kristiani terhadap dunia. Bagi Curran, doktrin mengenai penciptaan, dosa, inkarnasi, penebusan, dan kebangkitan memampukan setiap orang Kristiani untuk melihat dunia senyata-nyatanya yakni sebagai “yang tercipta, yang berdosa, dan yang tertebus”. Dengan demikian, setiap orang Kristiani diharapkan bisa menguraikan aturan moral manusia historis dalam terang “kisah, simbol, dan pemahaman-diri Kristiani”. Baginya, keyakinan teologis akan membentuk dimensi subjektif dan objektif dalam dunia orang-orang Kristiani. Sumber Gallagher, John A. Time Past, Time Future. An Historical Study of Catholic Moral Theology. New York Paulist Press, 1990. Honoré, Tony. “The Necessary Connection between Law and Morality”, Oxford Journal of Legal Studies, Vol. 22, No. 3 Autumn, 2002, pp. 489-495, , 3600656 New Catholic Encyclopedia. “Method of Moral Theology”, The Gale Group Inc., 2003 O’Callaghan, Denis. “Theology 6 Law and Morality”, The Furrow, Vol. 22, No. 6 Jun., 1971, pp. 350-362, Salzman, Todd A. Method and Catholic Moral Theology. Nebraska Creighton University Press, 1999. Weaver, Darlene Fozard. The Acting Person and Christian Moral Life. Washington Georgetown University Press, 2011.
heAh. 113 89 30 239 450 149 224 328 31
bertolak ke tempat yang lebih dalam