ReviewBuku Rich Dad, Poor Dad (Robert Kiyosaki) Judul : Rich Dad, Poor Dad - Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang 9:44 am
Hingga saat ini,masih banyak orang yang terjebak dengan mindset yang salah tentang uang. Pasti Anda sering mendengar kalimat seperti ini ”Bila ingin menjadi sukses dan kaya, harus belajar dengan rajin agar bisa diterima di universitas ternama supaya mudah bekerja”. Dari kalimat tersebut, Anda bisa melihat bahwa masih banyak orang bekerja untuk uang dan bukan sebaliknya. Sayangnya, hal ini juga masih terjadi di belahan dunia lain. Selain itu, banyak orang masih terjebak gaya hidup yang cenderung liabilitas sehingga banyak dari mereka yang harus mengalami masa sulit tanpa uang sama sekali. Oleh karena itu, melalui buku berujudul "Rich Dad Poor Dad", Robert T. Kiyosaki mencoba mematahkan pola pikir mindset yang salah tersebut. Terbit pada 1997, hingga saat ini buku ini masih konsisten menjadi International Best Seller. Buktinya, buku ini telah berada di daftar New York Times Bestseller selama lebih dari enam tahun dan mendapat banyak pujian. Buku ini pun telah terjual sebanyak 32 juta copy dan telah diterjemahkan ke lebih dari 51 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Buku ini menitikberatkan betapa pentingnya pendidikan finansial yang jarang diajarkan di sekolah-sekolah. Banyak Gagasan dalam buku ini yang dapat memberikan sudut pandang bau kepada pembaca tentang uang yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Buku ini adalah titik awal yang tepat bagi siapapun yang ingin mengendalikan keuangan dengan cerdas. Bila Anda salah satunya, maka buku ini akan sangat membantu Anda. Berikut ini review buku Rich Dad Poor Dad. Review Buku Rich Dad Poor Dad Buku Ini diawali dengan penjelasan asal mula kata “Rich Dad Poor Dad”. Disini Robert menjelaskan bahwa ia memiliki dua ayah. Ayah pertama adalah ayah kandungnya sendiri yang merupakan seseorang yang berpendidikan tinggi. Ia juga memiliki gelar dan melanjutkan studinya ke berbagai universitas dengan beasiswa penuh. Namun, ayah pertama ini harus berjuang untuk mendapatkan uang dan pada akhirnya hanya meninggalkan banyak hutang. Ayah pertamanya ini, disebut Robert sebagai "Poor Dad". Ayah keduanya adalah ayah dari temannya yang tidak lulus SMP. Namun, ia berhasil menjadi salah satu orang terkaya dan teah mnenyumbangkan uang hingga puluhan juta dolar bagi keluarganya dan demi amal kemanusiaan. Ayah kedua inilah yang Robert sebut "Rich Dad". Kedua ayah ini berperan sangat besar bagi Robert dalam membentuk pola pikirnya tentang uang. Nasihat dari kehadiran dua orang inilah yang Robert jadikan sandaran dalam melihat uang dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin. Begitu banyak informasi dalam buku ini yang disajikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dim negeri sehingga membuat pembaca tidak bosan untuk membaca buku ini hingga selesai. Selain itu, buku ini memuat banyak dobrakan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satunya adalah gagasan Robert yang menentang bahwa rumah dan kendaraan bukanlah aset melainkan liabilitas. Selain itu, Robert juga menekankan kepada pada orang tua untuk tidak bergantung pada sekolah untuk mengajarkan tentang kepada anak. Kutipan tentang Keuangan dari Buku Rich Dad, Poor Dad Melalui buku ini, Robert telah mengubah mindset jutaan orang di seluruh dunia tentang uang. Hal ini pun tertuang dengan berani dan apa adanya dalam berbagai kutipan yang ada di dalamnya. Berikut ini beberapa kutipan tentang keuangan uang dari buku Rich Dad, Poor Dad. “Ada perbedaan antara menjadi miskin dan menjadi bangkrut. bangkrut itu sementara. miskin itu selamanya.” ”Uang adalah satu bentuk kekuatan. Namun, yang lebih kuat adalah pendidikan keuangan.” “Orang miskin dan menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja untuk mereka.” ”Kalian miskin hanyalah kalau kalian menyerah. Yang paling penting adalah bahwa kalian melakukan sesuatu. Kebanyakan orang hanya berkata dan bermimpi ingin kaya.” “Tak perlu mengkhawatirkan sekarang. Cukup ketahui bahwa rasa takutlah yang membuat kebanyakan orang terus bekerja.” ”Bukan seberapa banyak uang yang kita hasilkan, tetapi seberapa banyak uang yang kita simpan.” “Orang kaya membangun aset. Orang miskin dan kelas menengah membangun liabilitas, tapi mereka mengira itu aset.” “Sekolah dirancang untuk menghasilkan karyawan yang baik. bukanya pemberi kerja yang baik." “Kebanyakan dari kita menghabiskan hidup untuk mengurusi bisnis orang lain dan membuat orang itu kaya. tanpa kita berani untuk memulainya."
RICHDAD POOR DAD HINDI AUDIOBOOK BOOK SUMMARY | ROBERT KIYOSAKIRich dad poor dad audiobook | rich dad poor dad in hindi | rich dad poor dad audiobook in hin
Advertising Disclosure This article/post contains references to products or services from one or more of our advertisers or partners. We may receive compensation when you click on links to those products or services Since its debut in 1997, Robert T. Kiyosaki's Robert Kiyosaki's Rich Dad, Poor Dad has been a landmark among personal finance books, a best-seller that has sold nearly 40 million copies worldwide. I first read the book back in 2000, when I was still a budding entrepreneur. I figured I would re-read it now that I have more experience under my belt. I also wanted to see if it's held up to the test of time, and if I would like it as much as I did when I first read Rich Dad, Poor Dad. A lot has happened financially in the past 20 years, and I'm curious if some of Kyosaki's predictions came true. Our Rating - 8 8 While Robert Kiyosaki's bestseller is recommended reading for starting entrepreneurs, this book does have some flaws. You should read this book just to start thinking differently than the average employee, if not to get motivated. However, take Kiyosaki's advice with a grain of Rich Dad, Poor Dad When I first read the book, I primarily liked how Kiyosaki viewed the world from a different perspective. It got me to think differently about my business and investing than I had previously. Kiyosaki seems to be a polarizing figure You either love or hate his work. The Simple Dollar review of Kiyosaki's work, for example, adds a lot of personal bias, and I don't think that's fair. I try to take a more neutral viewpoint and will review the book based upon my experience in the business world. Rich Dad, Poor Dad should be viewed as a general starting point — an investment/startup summary, rather than a list of specific items to do as an entrepreneur. Robert Kiyosaki emphasizes six key points throughout the book. These points — which differentiate between his “poor” dad his real dad and the “rich” dad that helped him understand business and become wealthy — are The rich don’t work for money The importance of financial literacy Minding your own business Taxes and corporations The rich invent money The need to work to learn and not to work for money Good Points in the Book Flawed Educational System As Robert mentions many times in the book, our traditional educational system is flawed. Our education system is designed primarily to create employees and could be a negative influence for an entrepreneur. As Kiyosaki mentions, he's not suggesting that people skip higher education; he's suggesting higher education does not assist with “street smarts.” Financial literacy is something that is rarely discussed in school, and if it is discussed, it is only at basic levels. Based upon my personal background, I've made this a personal focus and will make sure my children are well educated in this subject. The cost of education continues to increase much faster than the rate of inflation. It's becoming more clear our education system is broken. Robert's statements about this topic are accurate. Being an Entrepreneur Is Less Risky The popular belief is that owning a business is riskier than working for someone else. In my opinion, owning a business gives you all sorts of self-reliance skills you would not get when working for someone else. If anything, with today's “cradle to grave” mentality, we are creating more dependent individuals. Owning a business has given me much more independence and many more invaluable skills I could still use if I were to work for someone else. On a weekly basis, I now do things I used to consider risky or could never imagine doing before owning a business. Your Primary Residence Is NOT an Asset Over the years it generally has been accepted that your primary residence is an asset. Robert flat-out states I believe correctly that your home is not an asset, since it does not generate positive cash flow. The housing bubble and collapse proved this correct. “Rich people acquire assets. The poor and middle class acquire liabilities, but they think they are assets.” While rental properties have also gone down in value, if you focus on positive cash flow, you still are bringing in money every month. Robert even states in his book that home values do not always go up. Pretty much all consumable goods are liabilities — something even I got tripped up with. Kiyosaki states you should buy investments that generate cash flow to help pay for your “doodads.” I think this is a great way to look at how to purchase your toys. What Is an Asset or Liability? “An asset is something that puts money in my pocket. A liability is something that takes money out of my pocket.” A load of Kiyosaki's critics point out that this statement doesn't follow general accounting standards. This is true, and Robert acknowledges this. The point, which many miss, is that you should be focusing on cash flow to get wealthy. “Wealth is a person’s ability to survive so many number of days forward… or if I stopped working today, how long could I survive?” I still refer back to this statement today and have devoted a few posts to this topic Does Net Worth Matter? How to Become Wealthy Complaints About the Book There are many reports that Robert's “Rich Dad” does not exist and was made up. This is more than likely true, but there have been many personal finance books that are works of fiction. The book Wealthy Barber comes to mind. The issue some people have with Robert is that he presents his book as a work of non-fiction when it's not, and I agree with this complaint. I find it interesting that John Reed's website puts down Robert's work, but at the same time also sells Reed's own work. Robert does downplay the role of risk in the investment suggestions. This is somewhat accurate, but he suggests that you should fully understand your investments before diving in. Robert states that investing is risky only if you don't fully understand what you are investing in. Summary While I still recommend this book, especially for beginning entrepreneurs, the book has some flaws. In my opinion, many topics he discusses hold the test of time. But take some of what Robert Kiyosaki says with a grain of salt. It should be read, if not for the motivation, just to get you to think differently than a salaried employee. I don't love or hate it, hence the reason why I give this book 3 out of 5 stars. If you do decide to read Robert's books, I recommend reading only Rich Dad, Poor Dad and Rich Dad's Cashflow Quadrant. Most of the other books are simply a rehash of these two books. I DO NOT recommend attending any local seminars. I will keep his book on my list of best personal finance books for the primary reason to get you to think outside the box. Larry Ludwig was the founder and editor in chief of Investor Junkie. He graduated from Clemson University with a bachelor of science in computers and a minor in business. Back in the ’90s, I helped create some of the first financial websites for firms like Chase, T. Rowe Price, and ING Bank, and later went on to work for Nomura Securities. He’s had a passion for investing since he was 20 years old and has owned multiple businesses for over 20 years. He currently resides in Long Island, New York, with his wife and three children. Robert T Kiyosaki_ Rich Dad Poor Dad. 19. Kekalahan memberi inspirasi bagi pemenang. kekalahan mengalahkan pecundang. -Robert T Kiyosaki_ Rich Dad Poor Dad. 20. Hanya keraguan yang membuat orang tetap miskin. -Robert T Kiyosaki_ Rich Dad Poor Dad. 21. Emas ada dimana-mana. Sebagian orang tidak terlatih untuk melihatnya. -Robert T Kiyosaki
Judul Rich Dad Poor Dad Penulis Robert T. Kiyosaki Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun Maret 2021 Tebal 244 halaman ISBN 978-602-03-3317-5 Buku Rich Dad Poor Dad terbit pertama kali tahun 1997 dan sampai sekarang konsisten menjadi Internasional Bestseller. Buku karya investor Robert Kiyosaki ini membahas betapa pentingnya pendidikan finansial—yang mana sangat jarang terdapat dalam kurikulum pendidikan dan sekolah-sekolah formal. Terjemahan bahasa Indonesia buku Rich Dad Poor Dad diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pertama kali pada 2016. Dan hingga Maret 2021 sudah sampai cetakan ke-59. Ini membuktikan kuatnya gagasan-gagasan Kiyosaki dalam memberikan sudut pandang baru tentang uang yang jarang disadari banyak orang. Lantas apa isi buku Rich Dad Poor Dad? Persis seperti sub judulnya; Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang—yang Tidak Diajarkan Orang-orang Miskin dan Kelas Menengah. Robert Kiyosaki mengawali buku Rich Dad Poor Dad dengan menjelaskan asal mula kata Rich Dad Poor Dad.’ Ia memiliki dua Ayah. Pertama, Ayah kandungnya sendiri. Berpendidikan tinggi, memiliki gelar dan melanjutkan studi tingkat tinggi ke berbagai universitas dengan beasiswa penuh. Namun, Ayah pertama harus berjuang dalam hal keuangan dan meninggalkan banyak utang. Kiyosaki menyebutnya Poor Dad Ayah Miskin. Ayah yang kedua ialah ayah temannya. Ia tidak lulus pendidikan SMP. Namun, menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii dan wafat dengan meninggalkan puluhan juta dolar bagi keluarga dan amal kemanusiaan. Kiyosaki menyebutnya Rich Dad Ayah Kaya. Kedua ayah ini sangat berpengaruh bagi Robert Kiyosaki dalam membentuk sudut pandangnya terhadap uang. Keduanya berhasil dalam karier mereka, keduanya karismatik dan berpengaruh, keduanya percaya pada pendidikan meskipun tidak merekomendasikan jalur studi yang sama. Nasihat serta pelajaran kedua ayahnya inilah yang memberikan Kiyosaki pilihan untuk membedakan dua sudut pandang; sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin. Itulah yang dipaparkan dalam buku dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti ini, serta disajikan dalam bentuk cerita sehingga pembaca tidak mungkin bosan mengikutinya. Robert Kiyosaki membaginya ke dalam enam pelajaran penting; Pertama, orang kaya tidak bekerja untuk uang. Kedua, pentingnya melek keuangan. Ketiga, mengurus bisnis sendiri. Keempat, sejarah pajak dan kekuatan korporasi. Kelima, orang kaya menciptakan uang. Keenam, bekerjalah untuk belajar—jangan bekerja untuk uang. Konsep-konsep Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad dengan berani mendobrak pandangan umum. Salah satunya yaitu menentang keyakinan bahwa rumah dan kendaraan adalah aset. Menurut Kiyosaki, dua benda itu bukanlah aset, melainkan liabilitas. Hal ini karena rumah dan kendaraan tidak bisa mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Justru sebaliknya, menambah jumlah pengeluaran, seperti biaya perawatan misalnya. Rumah barulah dikatakan aset jika disewakan, begitu pula kendaraan. Robert Kiyosaki juga menunjukkan kepada para orang tua mengapa mereka tidak bisa mengandalkan sistem pendidikan untuk mengajarkan tentang uang kepada anak-anak dan bagaimana seharusnya mendidik mereka agar mengerti. Buku Rich Dad Poor Dad bukanlah panduan praktis. Buku ini tidak menjelaskan langkah-langkah yang bisa langsung dipraktikkan. Namun, Rich Dad Poor Dad adalah buku yang akan mengubah sudut pandang serta pemahaman kita tentang uang yang selama ini keliru. Rich Dad Poor Dad—seperti komentar USA Today pada halaman depan buku—adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali masa depan keuangan mereka.
Պяջаպодр угօКօձаβոку ጮէ θሶ
Ը уሂևτуζՅичቀφ αμቮпрէ ачεֆаχу
Сեκяտօ ጅкоሿοχыч εпаΙֆусኂхуցፍլ ፊτа
Иν ир վуЮтиτощιηևж δիбрቦктաр
ጼոнт ጀеν иսКрիδ վፉфеዞዉկθвс
Βዋկыչ κыхուчι እтоψሔնаጦ ላ ещጹ
Inspirasi"Rich Dad Poor Dad" ini kemudian memang berawal dari pengalaman pribadinya yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang guru yang pekerja keras, pendidikan tinggi, berdaya juang menjulang, tekun, dan patuh pada pemerintah. Kendati begitu, keluarganya selalu merasa pendapatan bulanan yang diperoleh itu pas atau Rich Dad Poor Dad adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali atas masa depan keuangan mereka. Judul Rich Dad Poor Dad Apa Yang Diajarkan Orang Kaya Pada Anak-anak Mereka Tentang Uang – Yang Tidak Diajarkan Oleh Orang Miskin Dan Kelas Menengah Penulis Robert Kiyosaki Genre Bisnis/Manajemen Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit 2016 edisi kedua Jumlah halaman 208 Bahasa Bahasa Indonesia Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka.”Robert Kiyosaki Apakah pernah terpikirkan oleh Anda mengapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin? Meskipun ada berbagai faktor, ada satu hal cukup penting yang sangat memengaruhinya. Apa itu? Pendidikan tentang uang. Yang saya maksud pendidikan tentang uang bukanlah sekadar mengetahui nominal dari sebuah uang dan apa yang bisa kita beli dengan uang tersebut, melainkan mengenai bagaimana caranya uang yang bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuk uang. Demi menghindari kehidupan yang memaksa kita menghabiskan seluruh waktu yang kita miliki untuk bekerja demi mendapatkan uang. Dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki menceritakan bagaimana pendidikan tentang uang bisa membuatnya kaya dan mengeluarkan lebih sedikit tenaga dan juga waktu. Awal mula saya bertemu dengan buku ini Bolak-balik toko buku baik luring maupun daring sudah tidak asing dengan sampulnya, dengan tulisan besar “RICH DAD POOR DAD” dan foto close up wajah si penulis membuat saya cukup mudah mengingatnya. Apalagi dengan banyaknya orang yang merekomendasikan buku ini dan banyaknya versi KW-nya yang cukup mengindikasikan jika buku ini adalah buku yang bagus membuat saya tertarik untuk membacanya. Apalagi topik buku ini tentang sebuah hal yang memang sedang saya ingin pelajari, yaitu finansial. Apa sebenarnya isi Rich Dad Poor Dad? Rich Dad Poor Dad adalah sebuah buku yang berisi tentang pengetahuan mengenai uang. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, pengetahuan tentang uang yang saya maksud di sini adalah mengenai bagaimana agar kita bisa terbebas dari yang istilahnya “balap tikus”, bekerja untuk uang dan menghabiskan sisa waktu yang kita miliki untuk bekerja. Lalu kenapa judulnya Rich Dad Poor Dad? Robert Kiyosaki sendiri menceritakan bagaimana ia dibesarkan oleh dua orang ayah. Yang pertama adalah ayah kandungnya sendiri, seorang berpendidikan tinggi dan pegawai biasa tapi memiliki pola pikir konvensional. Kemudian ayah kedua adalah ayah dari temannya, walaupun berpendidikan rendah, ia adalah seorang pebisnis dan investor yang mengajarkannya pengetahuan tantang uang. Inti dari buku ini adalah membandingkan bagaimana seseorang bisa kaya dalam artian bebas finansial, sementara di sisi lain ada orang-orang yang bekerja setiap saat tapi terus menerus merasa kurang. Terdiri dari sembilan bab, Robert Kiyosaki membagi buku ini menjadi beberapa pelajaran inti yang bisa kita pelajari agar bisa terbebas dari “balap tikus.” BAB I. Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang “Mereka minta pekerjaan dan gaji, tapi tidak pernah meminta saya mengajari mereka tentang uang. Jadi, kebanyakan dari mereka menghabiskan tahun-tahun terbaik hidup mereka bekerja demi uang, tanpa benar-benar mengerti untuk apa mereka bekerja.”Hal. 25 Di bab pertama ini Robert Kiyosaki menceritakan awal mula bagaimana ia di usia 10 tahun bertemu dengan ayah temannya yang ia sebut “ayah kaya” dan mulai belajar darinya. Cara bagaimana ayah kaya membuat Robert Kiyosaki berpikir dan sadar tentang konsep dasar pengetahuan uang bisa saya sebut cukup ekstrem. Awalnya dengan membuatnya bekerja di salah satu toko kelontong milik ayah kaya dengan upah yang sangat sedikit, bahkan ketika ia meminta kenaikan upah, ayah kaya malah membuatnya bekerja tanpa gaji. Pelajaran pertama yang ayah kaya berikan adalah tentang bagaimana kebanyakan orang bekerja tetapi tidak kunjung bebas secara finansial. Mereka bekerja sepanjang hidupnya untuk memenuhi keinginan dan ketakutan tidak bisa membayar cicilan. Ketika Robert Kecil sadar, dia tidak ingin menjalani hidupnya seperti itu, dan membuatnya memutar otaknya, mencari jalan bagaimana agar uang bekerja untuknya, bukan dia yang bekerja untuk uang. “Kalau kau berpikir sayalah masalahnya, kau harus mengubah saya. Kalau kau sadar bahwa kaulah masalahnya, kau bisa mengubah diri, belajar sesuatu, dan menjadi lebih bijak. Kebanyakan orang ingin orang lain di dunia berubah, tapi diri mereka tidak.”Hal. 25 BAB II. Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Bab kedua berisi mengenai bagaimana pola yang menyebabkan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Robert Kiyosaki menjelaskan bagaimana cash flow atau arus kas seseorang bisa menggambarkan seseorang susah kaya karena ia tidak menggunakan pendapatannya untuk membangun aset. Orang yang tidak kaya menggunakan seluruh uangnya untuk membayar cicilan dan pengeluaran konsumtif, jadi ia hanya memiliki satu sumber pendapatan yang bernama gaji. Ketika kita hanya bergantung pada satu sumber pendapatan, otomatis kita terpaksa untuk terus bekerja untuk membayar cicilan. Di bab ini juga Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa rumah yang kita tinggali bukanlah aset, melainkan liabilitas. Kenapa? Karena rumah tidak mendatangkan pendapatan, malah membuat kita mengeluarkan uang seperti untuk listrik, air, dan perawatan. Rumah akan menjadi aset jika rumah atau properti tersebut disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Hal. 58 Hal. 59 Hal. 60 “Kemakmuran adalah kemampuan seseorang untuk bertahan melewati begitu banyak hari di depan, atau kalau saya berhenti bekerja hari ini, berapa lama saya bisa bertahan hidup?”Hal. 78 BAB III. Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Apa yang Robert Kiyosaki sampaikan di bagian ini adalah mengenai bagaimana menuju kebebasan finansial dengan fokus memperbanyak aset, salah satunya adalah bisnis. Kenapa bisnis masuk ke kolom aset dan bukannya kolom penghasilan? Karena yang Robert Kiyosaki maksud dengan bisnis di sini adalah sebuah hal yang tidak mengharuskan kehadiran kita. Ketika kita meluangkan waktu terlalu banyak untuk mengurusi bisnis, maka bisnis tersebut tidak lagi menjadi aset, melainkan menjadi pekerjaan kita. Kemudian yang Robert Kiyosaki maksud dengan “uruslah bisnis Anda sendiri” adalah kita sering kali terlalu fokus pada pekerjaan kita tanpa sempat untuk memulai bisnis sendiri. Penekanan yang Robert Kiyosaki sampaikan adalah membangun dan menjaga kolom aset tetap kukuh. “Kesalahan dalam menjadi apa yang Anda pelajari adalah terlalu banyak orang yang lupa memikirkan bisnis mereka sendiri. Mereka menghabiskan hidup untuk mengurusi bisnis orang lain dan membuat orang itu kaya.”Hal. 83 BAB IV. Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Di bagian ini Robert Kiyosaki menjelaskan tentang pentingnya sebuah korporasi, salah satunya agar kita tidak harus membayar pajak yang tinggi, tidak seperti sebagai individu. Intinya di bab empat ini Robert Kiyosaki menerangkan manfaat-manfaat yang bisa kita dapat jika memiliki kecerdasan keuangan atau IQ keuangan. IQ keuangan terdiri dari pemahaman mengenai pengetahuan tentang empat bidang keahlian yang luas. Keempat hal ini wajib kita pahami jika tujuan utamanya adalah menuju kebebasan finansial, di antaranya adalah 1. Akuntansi Akuntansi adalah melek keuangan atau kemampuan membaca angka. Ini keterampilan yang penting kalau kita ingin membangun kerajaan bisnis. Semakin banyak uang yang menjadi tanggung jawab kita, semakin besar akurasi yang kita butuhkan. Ini adalah sisi otak bagian kiri, atau detail. Melek keuangan adalah kemampuan membaca dan memahami laporan keuangan yang memungkinkan kita mengenali kekuatan dan kelemahan bisnis apa pun. 2. Investasi Investasi adalah ilmu pengetahuan tentang “uang yang mengenhasilkan uang.” Ini mencakup strategi dan formula yang digunakan oleh sisi otak kanan yang kreatif. 3. Memahami Pasar Memahami pasar adalah ilmu pengetahuan tentang penawaran dan permintaan. Kita perlu mengetahui aspek teknis pasar, yang didorong oleh emosi, selain aspek fundamental dan ekonomis dari investasi. Apakah suatu investasi masuk akal atau tidak masuk akal berdasarkan kondisi pasar saat ini? 4. Hukum Korporasi yang dilengkapi dengan keterampilan teknis akuntansi, investasi, dan pasar bisa berkontribusi pada pertumbuhan yang luar biasa. Orang yang memahami keuntungan dan perlindungan pajak yang disediakan oleh korporasi bisa menjadi kaya dengan jauh lebih cepat daripada orang yang hanya merupakan karyawan atau pemilik tunggal sebuah bisnis kecil. Ini seperti perbedaan antara orang yang berjalan dan yang terbang. Perbedaan itu sangat besar bila menyangkut kekayaan jangka panjang. “Pengetahuan adalah kekuatan. Dengan uang, datanglah kekuatan yang lebih besar yang menuntut pengetahuan yang benar untuk menjaga dan melipatgandakannya. Tanpa pengetahuan itu, dunia mempermainkan Anda.”Hal. 95 BAB V. Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Robert Kiyosaki menceritakan bahwa waktu adalah salah satu aset terbesar kita, jadi daripada menabung dalam waktu yang lama, ia menyarankan untuk menginvestasikan uang kita menjadi aset yang bisa mendatangkan kekayaan lebih cepat. Inti yang saya tangkap dalam bagian ini adalah bagaimana kita memutarkan berulang kali keuntungan dengan mengoptimalkan kemampuan kecerdasan IQ tadi, yang meliputi pemahaman mengenai akuntansi, investasi, pasar, dan hukum. Beberapa pelajaran penting yang saya tangkap Cari peluang yang banyak orang banyak cara lain mendapatkan modal selain mendatangi bank atau meminjam ke orang lain. Jadi kita harus selalu memutar otak ketika berhadapan pada sebuah kemampuan kita terbatas pada hal-hal tertentu, kelola orang-orang yang memang ahli pada bidang-bidang tersebut. “Selalu ada risiko, jadi belajarlah mengelola risiko daripada menghindarinya.”Hal. 127 BAB VI. Pelajaran Enam Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang Salah satu contoh pada bagian ini adalah kebanyakan orang yang ahli membuat resep makanan enak kurang mampu mengembangkan bisnis mereka. Kenapa? Karena mereka terlalu fokus pada satu hal, yaitu membuat resep. Mereka melewatkan dan tidak begitu mempelajari hal penting lainnya untuk mengembangkan sebuah bisnis. Jadi ayah kaya menyarankan Robert Kiyosaki untuk ingin tahu sedikit tentang banyak hal. Saran tersebut ia ikuti, jadi ketika masih bekerja untuk orang lain, ia sempat beberapa kali merubah profesinya agar dapat mempelajari hal-hal yang dia anggap penting untuk membangun bisnisnya sendiri. “Saya menyarankan mereka mengambil pandangan yang lebih jauh tentang hidup mereka. Alih-alih bekerja untuk uang dan pekerjaan yang terjamin, yang saya akui penting, saya menyarankan mereka mengambil pekerjaan kedua yang akan mengajari keterampilan kedua.”Hal. 138 BAB VII. Mengatasi Rintangan Walaupun sudah melek keuangan, masih ada beberapa rintangan yang bisa membuat orang susah membangun aset dan kesulitan meningkatkan arus kas. Beberapanya adalah 1. Rasa Takut “Saya tidak pernah bertemu dengan orang yang sungguh-sungguh senang kehilangan uang. Dan sepanjang hidup saya, saya tidak pernah bertemu orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Namun, saya bertemu banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan satu sen pun dalam berinvestasi.”Hal. 145 Yang Robert Kiyosaki tekankan adalah bagaimana caranya agar kita mampu mengatasi kegagalan, itu yang membuat perbedaan pada hidup kita. Jika selalu takut mengambil risiko dan main aman, kita tidak akan pernah gagal dan tidak akan pernah belajar. 2. Sinisme “Sering kali dibutuhkan keberanian besar untuk tidak membiarkan rumor dan ramalan tentang kegelapan serta malapetaka memengaruhi keraguan dan ketakutan kita. Namun, investor yang cerdas tahu bahwa masa yang sepertinya buruk sebenarnya merupakan saat terbaik untuk menghasilkan uang.”Hal. 153 Tidak beda jauh dengan mengatasi rasa takut, sinisme adalah sifat yang bisa mudah kita temui pada orang yang sulit berkembang. Ia akan selalu mencari alasan daripada mencari jalan keluar dengan menganalisis berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Di situlah kita bisa menemukan peluang, jika tidak bersifat sinis. 3. Kemasalan “Orang sibuk sering kali adalah orang yang paling malas. Mereka sibuk, dan mereka tetap sibuk karena itu cara untuk menghindari sesuatu yang tidak ingin mereka hadapi.”Hal. 158 Mungkin ketamakan biasa identik dengan hal yang negatif ya, tapi terkadang hal itu bisa menjadi salah satu cara kita untuk mengatasi kemalasan. Kok bisa? Yang ayah kaya katakan kepada Robert Kiyosaki adalah melarang kata-kata seperti “Saya tak mampu membelinya.” Dan menggantinya dengan “Bagaimana saya bisa membelinya.” Hasrat atau keinginan akan sesuatu bisa membuat kita mencari berbagai cara untuk mendapatkannya, dari situlah kita bisa melatih kemampuan berpikir dan mencari jalan keluar. 4. Kebiasaan Buruk “Hidup kita lebih merupakan cerminan kebiasaan kita daripada pendidikan kita.”Hal. 161 Kebiasaan buruk menurut ayah kaya di sini ialah tentang bagaimana kebanyakan orang lebih dulu membayar pemerintah daripada membayar diri sendiri. Apa maksudnya? Kebiasaan orang kaya adalah memprioritaskan kolom aset, jadi hal pertama yang mereka lakukan ketika mendapat uang adalah langsung memutarkannnya kembali. Dan karena sudah memutarkan uang yang didapat sementara itu masih ada pajak yang harus dia bayar, mereka menjadikannya sebagai sebuah motivasi untuk memutar otak bagaimana cara membayar pajak tersebut, hal itu membuat mereka bekerja lebih keras, memaksa untuk berpikir, dan yang paling penting membuat lebih cerdik serta aktif dalam hal uang. 5. Kesombongan “Ketika Anda tahu bahwa Anda bodoh dalam suatu topik, mulailah didik diri Anda dengan mencari seorang ahli di bidang itu atau sebuah buku tentang topik itu.”Hal. 164 Ketika seseorang sombong, ia yakin bahwa apa yang tidak ia ketahui tidaklah penting. Dan ketika ia memiliki pemikiran seperti itu, kehilangan uang akan menyadarkannya. BAB VIII. Memulai “Kegeniusan kita tertidur karena kebudayaan kita telah mendidik kita untuk meyakini bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan. Hal itu mendorong kita untuk mempelajari suatu profesi agar kita bisa bekerja untuk memperoleh uang, tapi tak berhasil mengajari kita cara membuat uang bekerja untuk kita.”Hal. 165 Mendapatkan uang dari “pekerjaan” rasanya lebih mudah daripada harus pusing-pusing membangun aset, tapi kebanyakan orang menjadi tidak sadar bahwa hal tersebut bisa membuat mereka tak kunjung keluar dari siklus balap tikus. Selain itu potensi yang kita miliki jadi kurang bisa optimal karena jarang dilatih. Karena itu, Robert Kiyosaki menawarkan sepuluh langkah sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang kita miliki 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat Pertama, kita harus memiliki alasan. Apa pun itu, contohnya adalah berjuang demi diri sendiri ataupun orang yang kita cintai. Cintalah yang membuat kita mengatasi rintangan dan pengorbanan. “Tanpa alasan atau tujuan yang kuat, apa pun dalam hidup ini sulit.”Hal. 168 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan Robert Kiyosaki menjelaskan jika hal pertama yang seharusnya kita pilih adalah pendidikan, karena menurutnya satu-satunya set riil yang kita miliki adalah pikiran kita, alat paling kuat yang kita kuasai. Kemudian jika sudah memiliki pengetahuan cara untuk menjadi kaya, setiap hari pilihlah pilihan yang bisa membuat kita tetap berada di jalur tersebut. “Pilihan tentang apa yang kita lakukan dengan waktu kita, uang kita, dan apa yang kita masukkan ke kepala kita. Itulah kekuatan kita. Kita semua punya pilihan. Saya hanya memilih untuk menjadi kaya, dan saya membuat pilihan itu setiap hari.”Hal. 159 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, Robert Kiyosaki menekankan bahwa ia tidak mencari pergaulan dengan orang-orang kaya untuk mendapatkan uang mereka, melainkan untuk mendapatkan pengetahuannya. “Saya punya beberapa teman yang menghasilkan lebih dari satu miliar dollar dalam masa hidup mereka yang singkat. Tiga dari mereka mengatakan fenomena yang sama Teman-teman mereka yang tidak punya uang tidak pernah datang kepada mereka untuk bertanya bagaimana mereka mencapai kekayaan mereka itu. Namun, mereka mendatangi mereka dan menanyakan satu dua hal berikut, atau keduanya pinjaman, atau pekerjaan.”Hal. 172 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat Terkadang bukan tentang seberapa lama kita mempalajari sesuatu, melainkan terbuka terhadap hal-hal baru. “Di dunia saat ini yang berubah cepat, bukan lagi seberapa banyak banyak yang Anda ketahui yang penting, karena sering kali yang Anda ketahui itu sudah kuno. Yang penting adalah seberapa cepat Anda belajar.”Hal. 175 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa ada tiga keterampilan manajemen paling penting yang dibutuhkan untuk memulai bisnis sendiri arus kas, sumber daya manusia, dan waktu pribadi. Tidak hanya dalam bisnis, ketiga hal tersebut juga sangat penting diterapkan dalam berbagai hal baik lingkup individu, organisasi, hingga komunitas masyarakat. Kemudian yang dimaksud dengan “bayar diri Anda terlebih dahulu” sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, fokus pada kolom aset sebelum mengalokasikannya pada hal lain. Ada dua hal yang Robert Kiyosaki sarankan agar selalu diingat Jangan terjebak dalam utang besar yang harus dibayar. Jagalah pengeluaran tetap rendah. Bangunlah aset terlebih dahulu, baru setelah itu sedikit demi sedikit bisa mengalokasikan anggaran ke hal-hal kekurangan uang, biarkan tekanan terbentuk dan jangan memakai tabungan atau investasi. Gunakan tekanan itu untuk membuat pikiran kita memunculkan cara-cara baru untuk menghasilkan uang lebih banyak. Ketika sudah didapatkan, baru bayar apa yang perlu dibayar. “Orang kaya tahu tabungan hanya digunakan untuk menciptakan uang lebih banyak, bukan untuk membayar tagihan.”Hal. 180 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik Cari broker yang bidang bisnisnya berbeda dari kita. Kenapa? Karena sering kali broker yang bisnisnya sama dengan kita akan lebih mengutamakan bisnisnya sendiri. “Seperti saya katakana sebelumnya, salah satu keterampilan manajemen yang diperlukan adalah manajemen SDM. Banyak orang hanya mengelola orang yang mereka anggap lebih bodoh serta ada di bawah kekuasaan mereka. Banyak manajer madya tetap menjadi manajer madya, gagal dipromosikan, karena mereka tahu cara bekerja dengan orang-orang di bawah mereka, tapi tidak tahu cara bekerja dengan orang-orang di atas mereka. Keterampilan yang sebenarnya adalah mengelola dan mengganjar orang yang lebih pandai daripada Anda dalam sejumlah bidang teknis.”Hal. 183 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis Di dunia kolom aset, menjadi pemberi Indian mendapatkan kembali apa yang telah dikeluarkan sangatlah penting untuk kekayaan. Robert Kiyosaki memberi contoh ia membeli sebuah kondominium sitaan yang ia sewakan segera setelah ia beli. Ia melakukan perhitungan seberapa cepat ia bisa balik modal dari hasil menyewakan kondominium itu. Dalam tiga tahun uangnya sudah kembali, dan kondominium itu sekarang jadi aset yang terus mendatangkan keuntungan baginya. “Pertanyaan pertama seorang investor yang canggih adalah, “Seberapa cepat saya mendapatkan kembali uang saya?”Hal. 183 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus Robert Kiyosaki menceritakan kisah temannya yang hendak membelikan sebuah mobil kepada anaknya, tapi tidak jadi, dan memilih untuk memberikan uang untuk investasi saham, dan akhirnya anak itu berhasil mendapatkan keuntungan yang salah satunya bisa digunakan untuk membeli mobil. “Saat ini, terlalu sering kita lebih berfokus meminjam uang untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan, bukannya berfokus menciptakan uang.”Hal. 188 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos Ketika kecil Robert Kiyosaki menjadikan para pemain bisbol profesional sebagai pahlawannya. Beranjak dewasa ia beralih ke sosok seperti Donald Trump dan Warren Buffet. Ia meniru dan mempelajari bagaimana orang-orang seperti mereka menghasilkan uang. “Meniru atau berusaha menyamai pahlawan adalah kekuatan belajar yang sejati.”Hal. 188 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi Tidak banyak yang disampaikan di bagian ini, seperti pada umumnya, memberi adalah hal yang mulia yang bisa membawa kebaikan pada diri kita sendiri. “Anda hanya perlu bersikap murah hati dengan apa yang Anda miliki.”Hal. 191 BAB IX. Masih Ingin Lagi? Inilah Beberapa Hal Yang Harus Dilakukan Di bagian akhir, Robert Kiyosaki memberikan beberapa poin spesifik yang bisa kita lakukan, seperti ikuti kursus, melakukan evaluasi, belajar dari masa lalu, dll. Hanya seperti sebuah rangkuman dari beberapa bab-bab sebelumnya. Apa yang saya dapat dari buku ini Kemampuan story telling Robert Kiyosaki sangat bagus. Saya benar-benar bisa membayangkan apa saja yang ia lakukan dan pelajaran apa yang ia ambil dari hal-hal tersebut, khususnya pelajaran yang diberikan oleh ayah kaya. Tidak ada kata membosankan ketika membaca buku ini cukup menggambarkan alasan yang masuk akal kenapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin. Uang orang kaya diputarkan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, sementara itu uang orang miskin dihabiskan begitu saja dan membuat mereka harus bekerja lebih keras. Pendidikan tentang uang bisa merubah banyak kekuatan pajak dalam memengaruhi finansial seseorang. Tapi perlu dibandingkan dengan kondisi yang ada di Indonesia, karena pajak di US memang setinggi itu, baik pajak penghasilan dan kepemilikan barang/ saya sadar bahwa rutinitas harian saya sekarang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan bebas finansial saya nantinya. Harus mulai bertindak dari sekarang jika tidak ingin hidup hanya untuk bekerja demi mendapatkan jadi memiliki pemikiran jika MLM ternyata tidak seburuk itu, MLM melatih kemampuan menjual kita, yang di mana termasuk kemampuan komunikasi dan negosiasi, hal yang sangat penting dalam rangka membangun menggunakan akal untuk mengatasi masalah keuangan. Meminjam uang memanglah hal yang mudah, tapi itu seperti gali lubang tutup lubang kan? Ada banyak cara lain jika kita mau menyisihkan pikiran dan tenaga untuk melakukannya. Apa yang menurut saya bisa dikritisi Saya tahu buku ini mengajarkan pendidikan tentang uang, tapi ada lingkup lebih luas yang bisa dibahas, contohnya seperti perbedaan kelas. Karena ya tidak semua orang bisa memiliki akses ke sana. Maksudnya, saya cukup beruntung memiliki akses bisa membaca buku ini, lalu bagaimana dengan nasib orang-orang di luar sana yang demi mendapatkan pendidikan konvensional saja kesusahan?Menurut saya apa yang disampaikan pada buku ini lebih ditujukan bagi orang-orang yang hidup secara “normal.” Maksud saya, orang-orang yang belum memiliki ideologi tersendiri dalam menjalani kehidupan. Singkatnya buku ini mengajarkan kita menjadi pemenang dalam sistem banyak menggunakan contoh bisnis investasi properti. Ya saya tahu itu salah satu bisnis utama Robert Kiyosaki, tetapi secara tidak langsung bisa membuat para pembaca fokus dan ikut-ikutan menekuni bidang tersebut sebelum melihat peluang di bidang yang lain. Kesimpulan Pada akhirnya buku ini memang sangat recommended untuk dibaca oleh siapa saja, terlebih bagi orang-orang seperti saya yang sebelumnya kurang aware dengan pendidikan tentang uang. Namun perlu diingat apa isi buku ini tetap perlu disesuaikan juga dengan kondisi di Indonesia, apalagi kultur dan budaya yang cukup berbeda. Maksud saya, ada loh orang di sini yang di usia senjanya masih bekerja walaupun sudah berkecukupan. Kenapa? Karena hal itu yang membuat mereka merasa hidup. Jadi bekerja sampai tua tidak selalu buruk bagi semua orang, ada sudut pandang lain juga tentang hal itu. Namun tetap apa yang diajarkan oleh ayah kaya kepada Robert Kiyosaki perlu diajarkan kepada setiap orang. Agar kita bisa menjalani hidup yang berkesadaran, bukan menjalani hidup yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh para pemegang modal agar kita menjadi sapi perah yang bisa dengan mudahnya disedot hingga habis tak tersisa. Dari skor 1-5 saya memberi nilai pada buku ini. Worth it untuk dibaca. Link Pembelian Tokopedia Gramedia Baca juga REVIEW BUKU How to Win Friends and Influence People Dale Carnegie REVIEW BUKU The Power of Habit Charles Duhigg RichDad Poor Dad Quotes. "Tomorrows only exist in the minds of dreamers and losers" - Rich Dad Poor Dad (Robert Kiyosaki) "If you want to be rich, simply serve more people.". - Rich Dad Poor Dad (Robert Kiyosaki) "There are no mistakes in life, just learning opportunities.". - Rich Dad Poor Dad (Robert Kiyosaki)
Anda sudah pernah membaca buku ini? Sekalipun belum pernah membaca, kami hampir yakin anda sudah pernah mendengar judulnya. Buku yang tulis oleh Robert T. Kiyosaki ini memang terhitung sangat baik untuk dibaca oleh siapa saja dari anda yang ingin mendapatkan inspirasi hidup terutama dalam bidang finansial. Bila mau jujur, anda barangkali akan merasa bosan pada bagian awal buku karena seperti berat dan memang jarang diberikan gambar. Penulisnya hanya mencantumkan beberapa diagram dan kata, serta istilah-istilah yang sering digunakan dalam investasi atau akuntansi. Namun pada lembar-lembar berikutnya anda akan semakin tertarik dan mengamini setiap gagasan finansial yang disampaikan penulisnya. Berikut akan kami ceritakan sedikit soal buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini bercerita mengenai pertentangan dua prinsip dalam pengaturan dan rencana finansial, yang berarti hidup itu sendiri. Ayah di sini bukanlah semata-mata sosok yang berbeda, tetapi merupakan sosok yang mewakili dua cara pandang yang berbeda. Inspirasi “Rich Dad Poor Dad” ini kemudian memang berawal dari pengalaman pribadinya yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang guru yang pekerja keras, pendidikan tinggi, berdaya juang menjulang, tekun, dan patuh pada pemerintah. Kendati begitu, keluarganya selalu merasa pendapatan bulanan yang diperoleh itu pas atau sesekali kurang. Dia kemudian bertemu dengan temannya bernama Mike. Dia punya ayah yang seorang pengusaha dengan beragam bisnis, pendidikan tidak tinggi, sama-sama pekerja keras, dan dari hari ke hari kekayaannya kian bertambah. Ayah kandungnya ini mewakili “Poor Dad”, sedang ayah Mike mewakili “Rich Dad.” Kisah ini berawal ketika Robert berusia 6 tahun, sama dengan Mike. Mereka berdua mendapat perlakuan diskriminatif dari teman-teman sekelasnya. Mereka tidak diajak berlibur bersama karena dianggap miskin. Robert tertohok dengan perlakuan ini lalu mereka berdua mencari tahu bagaimana cara untuk mendapatkan sejumlah uang. Pertama-tama Robert bertanya kepada ayah kandungnya. Apa jawabnya? Selalu dan selalu ayah Robert memintanya untuk sekolah yang rajin demi mendapatkan nilai yang baik. Nilai baik itu lalu digunakan sebagai syarat masuk kerja pada perusahaan besar yang mampu menyejahterakan karyawannya dengan memberikan gaji yang besar pula. Jawaban itu rupanya tidak memuaskan dirinya sendiri. Dia merasa sekolah atau pendidikan formal tidaklah membentuk orang memiliki kecerdasan finansial. Padahal kecerdasan—yang tidak diajarkan di sekolah tadi—justru kemampuan yang sangat dibutuhkan seseorang untuk tetap bisa menghidupi hidupnya. Sekolah formal justru cenderung menjadi pabrik yang mencetak karyawan-karyawan yang tunduk pada perusahaan. Dia lantas bertanya kepada ayah Mike yang adalah seorang pengusaha. Ayah Mike mengatakan mereka harus mengambil risiko dengan membangun usaha. Untuk awalan, dia memberinya alternatif dengan menyuruhnya bekerja pada swalayan miliknya setiap hari Sabtu selama 3 jam, dengan bayaran 10 dolar per jam. Mereka menyanggupi tawaran tersebut, meski bayarannya tidak banyak. Uang dengan jumlah tersebut hanyalah cukup untuk membeli sebuah komik saja. Padahal pengorbanannya cukup besar, mereka tidak bisa bersenang-senang bermain baseball karena harus bekerja. Awalnya mereka bekerja dengan semangat. Namun lama kelamaan mereka menjadi malas dan berniat untuk berhenti bekerja, karena uang yang mereka terima rupanya tidak cukup banyak. Ketika mereka akan menyampaikan niatan tersebut, ayah Mike justru bertindak di luar dugaan. Pertama-tama dia mengkritik sikapnya yang “karyawan banget.” Bagai kutu loncat, mereka pindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain untuk mendapatkan gaji yang lebih besar. Padahal seiring kenaikan pendapatan, pengeluaran juga akan makin naik. Jika dikondisikan dengan sekarang, pasti ada kebutuhan untuk gadget, pulsa, berbagai macam cicilan, dsb. Ide berbisnis bisa dimulai dari mana saja, termasuk “bekerja tanpa mengharapkan uang.” via Lalu ayah Mike memintanya melakukan hal yang tak disangka-sangka. Dia menahan Robert dan Mike; tidak mengijinkan mereka berhenti dari pekerjaan itu. Malah, dia meminta mereka untuk bekerja tanpa dibayar. Ya, mereka tidak diijinkan keluar dan justru diminta tetap bekerja dengan tanpa bayaran. Didorong oleh rasa penasaran, akhirnya mereka menjalani apa yang diminta oleh ayah Mike. Mereka tetap bekerja di hari Sabtu selama 3 jam, melewatkan waktu bermain mereka bersama teman-teman. Sampai suatu saat mereka menemukan gagasan untuk menyewakan komik yang belum laku. Kebetulan memang ada komik lama yang belum laku, yang hanya teronggok di sudut ruangan. Dari pengalaman inilah Robert lalu menemukan dirinya. Dia menemukan apa yang selama ini dicari. Ketika mereka bekerja tanpa mengharapkan dibayar, gagasan cemerlang bisnis justru mendatangi mereka. Itu baru satu hal saja, mengenai gagasan bisnis yang bisa saja muncul dari beragam situasi, termasuk ketika bekerja tanpa mengharapkan bayaran. Hal ini tentu saja menginspirasi kita untuk tetap berjuang membangun bisnis kita guna mendapatakan kehidupan finansial yang lebih baik. Bukannya menjadi karyawan itu buruk. Hanya saja kita tidak bisa dong terus-terusan menjadikan pekerjaan kita itu sebagai satu-satunya pegangan hidup kita. Kita sudah bekerja keras pagi sampai sore, atau bahkan kadang sampai malam, selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pemasukan plus uang lembur yang tidak seberapa. Kita tentu mengharapkan kenaikan gaji karena kerja keras dan loyalitas kita kepada perusahaan. Ada dua jalan menuju ke sana memohon-mohon kepada atasan untuk menaikkan gaji atau pindah ke perusahaan lain yang menawarkan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya. Belum lagi bila harus dihadapkan pada konsep kebebasan finansial. Robert T. Kiyosaki menuliskan soal kebebasan finansial ini sebagai kondisi yang tidak dapat diraih jika tidak ada perubahan besar dalam hidup kita. Masalahnya memang perubahan itu tak mudah dilakukan lantaran sudah menjadi semacam budaya, yang orang akan aneh kalau tidak melakukannya. Salah satunya adalah ketika orang sudah mulai merangkak ke kondisi finansial yang lebih baik, mereka mulai membeli aset. Aset atau Liability?Membangun aset adalah langkah cerdas yang bisa anda terapkan untuk membangun kekayaan. via Selama ini yang dipahami oleh banyak orang adalah aset itu adalah rumah, mobil, serta barang-barang mewah yang bisa dibeli ketika seseorang sudah naik status’ karena gaji yang diterimanya. Gaji yang mereka terima tiap bulannya lalu digunakan untuk membayar pajak, cicilan mobil dan rumah, premi asuransi, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Yang perlu digaris bawahi adalah teorinya benar, tetapi praktiknya yang harus diluruskan. Benar bahwa kita harus memiliki aset untuk membuat uang yang datang kepada kita dari waktu ke waktu. Masalahnya, apakah rumah dan mobil adalah aset? Rupanya bukan. Rumah dan mobil dihitung sebagai liability karena mereka masih mengeluarkan uang dalam jangka waktu tertentu untuk perawatan, pajak, penggunaan, dan sebagainya. Akan lebih tepat bila mereka ingin berbelanja aset, produk yang mereka beli adalah produk yang menguntungkan mereka seperti saham, reksa dana, properti, atau bahkan membeli bisnis. Ringkasnya begini asset will pay you, liability will cost you. Akan membeli produk apa itu tergantung pada tujuan keuangan anda berapa besarnya, bagaimana sifatnya, dan dalam jangka waktu berapa lama. Anda dapat membaca banyak artikel terkait di website ini supaya lebih memiliki pijakan pengetahuan yang kuat sebelum mengambil keputusan. Empat Kuadran Robert T. Kosiyaki Penulis buku ini juga membagi masyarakat kelas menengah menjadi empat kuadran, yaitu Employee, Self-Employee, Business Owner, dan Investor. Berikut gambar yang bisa menjelaskan di mana letak keempat bagian dari kuadran tersebutKuadran yang dibuat oleh penulis buku. Anda ingin berpindah kuadran? via Pada kuadran pertama ditemukan istilah Employee. Mereka yang masuk pada kuadran ini adalah para karyawan atau pekerja kantoran yang diberi upah oleh perusahaan. Ciri-ciri finansial yang dimiliki oleh mereka adalah pengeluaran yang hampir sebesar penghasilan. Mereka sangat tergantung pada keputusan-keputusan perusahaan, dan oleh karenanya biasanya tunduk pada peraturan yang ada supaya tetap memperoleh penghasilan. Kuadran kedua adalah Self-Employed. Di Indonesia pekerjaan ini sering disebut dengan pekerja lepas, meski kadang tidak selalu tepat digunakan. Profesi yang masuk dalam kuadran ini adalah dokter yang buka praktek sendiri, musisi, penulis, artis, dan sebagainya. Artinya hanya mereka yang memiliki keahlian khusus yang diperoleh baik dari bakat alami ataupun latihan dan pendidikan formal yang tekun dan panjang untuk bisa bekerja pada bidang itu. Kesimpulan awalnya adalah baik Employee maupun Self-Employed sama-sama tidak dibayar kalau dia tidak bekerja. Kuadran ketiga adalah Business Owner, atau pemilik bisnis. Dalam konteks ini bisnis yang dimaksud adalah bisnis yang sudah besar, yang memungkinkan seseorang bisa memiliki dan mengendalikan sistem bisnis tersebut sehingga dapat menambahkan kekayaan bagi diri mereka dari waktu ke waktu. Karena mereka sudah membentuk sistem, mereka bisa saja benar-benar jadi pemilik, alias mengontrol dari jauh saja. Di bawahnya nanti mereka bisa mempekerjakan orang-orang pandai dan terampil untuk menjalankan bisnis yang dia miliki. Kuadran keempat adalah Investor. Sama seperti sebelumnya, konteks yang dimaksud adalah mereka yang memiliki dana besar yang diinvestasikan pada sebuah perusahaan. Jadi investor ini benar-benar mereka yang mengandalkan hidupnya pada dana-dana modal yang dia investasikan pada bidang-bidang yang berpotensi memberikan return yang tinggi. Karena skalanya sudah termasuk besar, biasanya mereka berinvestasi pada perusahaan terbuka, pada properti berskala besar, ataupun pada bisnis perintis yang potensinya besar, misal investasi pada resort di pulau-pulau terluar yang indah di Indonesia. Kesimpulan berikutnya, Business Owner dan Investor memungkinkan diri mereka untuk tidak bekerja’ guna mencukupi kebutuhan finansial, atau bahkan justru mampu menambah kekayaan mereka dari waktu ke waktu. Menariknya dari kedua perbandingan ini adalah Kuadran satu dan dua menyumbang 90 persen dari populasi masyarakat menengah di dunia, tetapi hanya menyumbang 10 persen dari total kekayaan masyarakat menengah di dunia. Begitu juga sebaliknya, Business Owner dan Investor hanya menyumbang 10 persen dari populasi, tetapi kekayaan mereka menyumbang 90 persen dari total kekayaan yang ada. Luar biasa, bukan? Maka tidak salah kalau buku ini kemudian menginspirasi begitu banyak orang untuk berpindah kuadran. Lima Poin Penting Dari beberapa penjelasan di atas berikut, kami akan membagikan kepada anda lima poin penting yang disarikan dari beberapa ulasan mengenai buku ini. Berikut poin pentingnya Melek Finansial Sekarang Juga. Banyak yang menyarankan kepada kita untuk mengajarkan melek finansial kepada anak kita sedini mungkin. Barangkali memang betul demikian, tetapi harus dalam batas-batas tertentu saja, dan dengan metode yang tepat. Penelitian psikologi anak menyebutkan pada usia-usia tertentu otak anak baru bisa siap untuk diberi pengetahuan-pengetahuan tertentu soal finansial. Namun bukan itu poin pentingnya, yang penting adalah kapanpun anda memulai usaha untuk membuka kesadaran finansial anda, itu sudah awalan yang baik. Yang perlu dilakukan kemudian adalah jangan sampai berhenti pada melek saja, tetapi mulailah dengan melakukan aksi yang bisa membuat kemelekan finansial anda itu berarti. Minimal kita mengerti soal investasi, pengaturan rencana keuangan, dan sebagainya. Buatlah Uang Mengejar Anda. Seakan kata-kata ini adalah utopis, atau impian belaka yang tidak akan tercapai. Namun sebenarnya ini dapatlah dicapai melalui cara-cara bisnis yang sudah banyak dituliskan di situs ini. Robert T. Kiyosaki menuliskan hal ini sebagai kritikan dari kondisi di mana sebagian besar orang justru mengejar uang itu, padahal jumlahnya tidak seberapa. Maka cara yang dia usulkan agar uanglah yang berbalik mengejar anda adalah dengan membangun aset. Mulailah Membangun Bisnis Sendiri. Poin ini adalah kelanjutan dari poin sebelumnya, yaitu membuat uang mengejar anda. Salah satu cara untuk membangun aset adalah anda bisa terlebih dahulu membangun bisnis anda sendiri. Bisnis yang dibangun tidaklah harus langsung besar, bisa saja dimulai dari kecil. Tetapi jangan pernah lupakan untuk membangun aset anda supaya tujuan finansial anda bisa tercapai. Hal penting yang perlu kita sadari adalah jangan memulai bisnis dengan dorongan rasa benci menjadi karyawan, karena itu sangat tidak produktif. Awalilah bisnis dengan kesadaran bahwa membangun bisnis akan membuka peluang besar anda untuk melakukan hal-hal besar lainnya dalam hidup anda. Uang dan Peluang Diciptakan Orang Kaya. Masih ingat istilah ayah kaya yang disebutkan oleh penulis buku? Ya, ini adalah poin pentingnya. Hanya ayah kaya yang bisa menciptakan uang dan peluang bisnis. Dia berani mengambil risiko berdasarkan pengetahuan dan keberanian untuk memulai sebuah bisnis baru. Dia membuka peluang-peluang dari celah sempit yang ditemui. Sebaliknya, dia tidaklah menikmati kepatuhan terhadapa perusahaan, bekerja sangat keras dari pagi hingga malam untuk mendapatkan gaji yang tidak seberapa. Jadikan Belajar sebagai Proses dan Tujuan. Seringkali kita diarahkan untuk menjadikan uang dan kekayaan sebagai tujuan kita. Namun kali ini cobalah bergeser sedikit dengan menjadikan belajar sebagai tujuan. Tujuan kita adalah proses belajar itu sendiri. Kalau tujuan kita adalah uang, itu artinya uang masih belum mengejar kita. Maka poin penting yang perlu kita ambil pada bagian ini adalah teruslah belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita; teruslah belajar untuk membuat wawasan itu menjadi uang; dan jangan lupa untuk membagikan wawasan itu kepada orang lain di sekitar kita. Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa kita pelajari dari buku “Rich Dad, Poor Dad” yang ditulis Robert T. Kiyosaki. Jangan ragu untuk membeli bukunya di toko buku terdekat bila anda ingin membaca lebih jauh dan lebih detil mengenai apa yang dia bicarakan di buku yang sangat terkenal ini. Barangkali untuk anda yang telah membacanya, ada beberapa hal yang tidak sama dalam pembacaan. Namun itu bukanlah masalah, karena setiap orang menekankan hal yang berbeda sesuai pengalamannya. Yang penting adalah kita harus mampu menjawab pertanyaan ini mau jadi ayah miskin’ atau ayah kaya’? Daftar gratis di Olymp Trade
Mempunyaidua orang ayah yang mempunyai karakter yang berbeza adalah suatu pengalaman yang berharga untuk penulis buku Rich Dad Poor Dad iaitu Robert T.Kiyosaki. Cara pemikiran berbeza diantara kedua-kedua ayah, memberikan peluang untuknya belajar dan mengambil pelajaran berguna.

Silahkan Login untuk menulis review Masdaf 354 Rated it 2 years agosaya ambil kutipan "Hindari dan jauhi gaya hidup konsumtif", jika semua org tidak konsumtif dan gaya hidup minimalis, bagaimana nasib para pembisnis gadget,mobil,motor,jam tangan dll. ada yg bisa bantu meluruskan? haha Ilham Raspati 02 Jul 2020 Tenang kaka... hehe, bawaan alamiah manusia suka memiliki barang baru dan bagus, jadi tetap aja akan banyak yang suka belanja barang konsumtif. Jangan khawatirin para pebisnis... Kebalikan orang yg hidup konsumtif adalah orang yang sedang berinvestasi, ia akan tetap belanja tapi barang yang bernilai jangka panjang seperti properti, tanah, surat berharga, dll Angie Li 04 Jul 2020 Setuju sama ilham, gunakan uang untuk membeli barang yang produktif dan membutuhka, bukan barang konsumtif sekali habis dan karena keinginan Angie Li Rated it 2 years agoBuku ini sangat booming di awal tahun 2000an, idenya yang fresh dibandingkan buku financial yang ada saat itu yang membuat buku ini menarik perhatian banyak orang. Coba deh siapa aja yang belum pernah baca buku ini, sempetin beli atau pinjem buku ini, kita akan kebuka pikiran apa yang salah selama ini, kemudian kita diperkenalkan dengan konsep dasar keuangan seperti aset, utang, cash, dll.

kRmuhKk. 449 169 235 259 159 419 144 123 143

review buku rich dad poor dad